Antioksidan
adalah senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi
lipid. Dalam arti khusus antioksidan merupakan substansi yang diperlukan tubuh untuk
menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal
bebas dengan melengkapi kekurangan elektrolit yang dimiliki radikal bebas dan
menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat
menimbulkan stres oksidatif (Ardiansyah, 2007). Antioksidan bekerja
dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan
sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat (Winarsi, 2007).
Komponen kimia
yang berperan sebagai antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan
polifenolik, dimana senyawa-senyawa golongan tersebut banyak terdapat di alam, terutama pada
tumbuh-tumbuhan, dan memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Antioksidan
yang banyak ditemukan pada bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, dan
karotenoid (Soeksmanto, dkk., 2006).
2.4.1 Sumber Antioksidan
Sumber-sumber
antioksidan berdasarkan asalnya adalah antioksidan
sintetik yaitu antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia.
Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diijinkan penggunaannya untuk makanan
adalah Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), Propil Galat (PG),
Tert-Butil Hidroksi Quinon (TBHQ) dan tokoferol, dimana antioksidan tersebut
merupakan antioksidan alami yang telah di produksi secara sintetis untuk tujuan
komersial (Ardiansyah, 2007). Adapun struktur kimia dari BHT adalah sebagai berikut (Cahyadi,
2006).
Gambar 2.2 Struktur kimia BHT
Antioksidan
sintetik BHA, BHT, PG dan TBHQ sering digunakan untuk mengontrol terjadinya
oksidasi, tetapi tidak menutup kemungkinan antioksidan tersebut menyebabkan
efek karsinogenik. Oleh karena itu penelitian dan pengembangan antioksidan yang
berasal dari alam kini sedang giat-giatnya dilakukan sebagai alternatif
pengganti antioksidan sintetik (Trilaksani,
2003).
Penelitian menunjukkan
bahwa antioksidan alami memiliki aktivitas antioksidatif lebih tinggi daripada antioksidan sintetik,
karena itu, antioksidan alami mulai meningkat penggunaannya dan menggantikan
antioksidan sintetis. Hasil penelitian uji aktivitas antioksidan
dalam kulit buah kandis menunjukkan bahwa ekstrak fraksi etil asetat kulit buah
kandis memiliki aktivitas antioksidan
lebih tinggi dari pada BHA dan BHT (Ardiansyah, 2007).
Antioksidan
alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alam) biasanya
lebih diminati, karena tingkat keamanan yang lebih baik dan manfaatnya yang
lebih luas dibidang makanan, kesehatan dan kosmetik. Antioksidan alami dapat
ditemukan pada sayuran, buah-buahan, rumput laut dan tumbuhan berkayu.
Antioksidan ini merupakan metabolit sekunder dalam tumbuhan yang berasal dari
golongan alkaloid, flavonoloid, saponin, kuinon, tannin, steroid atau
triterpenoid (Ardiansyah, 2007).
Antioksidan alami di dalam makanan dapat
berasal dari (a) senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen
makanan, (b) senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama
proses pengolahan, (c)
senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan
sebagai bahan tambahan pangan (Ardiansyah, 2007).
2.4.2 Mekanisme Kerja Antioksidan
Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua
fungsi. Fungsi pertama merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai
pemberi atom hidrogen. Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut
sering disebut sebagai antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom
hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R●, ROO●), sementara
turunan radikal antioksidan (A●) tersebut memiliki keadaan lebih
stabil dibanding radikal lipida (Trilaksani, 2003). Menurut
Gordon (1990) dalam Trilaksani (2003) fungsi kedua
merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju autooksidasi
dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan
pengubahan radikal lipida ke bentuk yang lebih stabil (Trilaksani, 2003).
Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada lipida
dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan
tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi
(Gambar 2.3). Radikal-radikal antioksidan (A●) yang terbentuk pada
reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat
bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon, 1993).
Inisiasi : R● + AH RH + A●……………………………………….....(2.1)
Radikal lipid
Propagasi : ROO● + AH ROOH + A●……………………………......(2.2)
Gambar 2.3 Reaksi penghambatan
antioksidan primer terhadap radikal lipida (Gordon, 1993)
Mekanisme kerja antioksidan
secara umum adalah menghambat oksidasi lemak. Oksidasi lemak terdiri dari tiga
tahap utama yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Pada tahap inisiasi
terjadi pembentukan radikal asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak
yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat dari hilangnya satu atom
hidrogen (reaksi 2.3). Pada tahap selanjutnya, yaitu propagasi, radikal asam
lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi (reaksi 2.4). Radikal peroksi lebih lanjut
akan menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam lemak
baru (reaksi 2.5) (Arindah, 2010).
Inisiasi :
RH R● + H●……………………………………............(2.3)
Propagasi : R● + O2
ROO●..............................................................(2.4)
ROO● + RH ROOH + R●……………………….......(2.5)
Gambar 2.4 Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru.
Hidroperoksida yang
terbentuk bersifat tidak stabil dan akan terdegradasi lebih lanjut menghasilkan
senyawa-senyawa karbonil rantai pendek seperti aldehida dan keton yang
bertanggung jawab terhadap aroma makanan berlemak. Tanpa adanya antioksidan, reaksi oksidasi lemak
akan mengalami terminasi melalui reaksi antara radikal bebas membentuk kompleks
bukan radikal (reaksi 2.6) (Arindah, 2010).
Terminasi : ROO● + ROO● → non radikal………………………......(2.6)
R● + ROO● → non radikal….............................................(2.7)
R● + R● →
non radikal…………………………..............(2.8)
Gambar 2.5 Reaksi antara radikal bebas membentuk kompleks
bukan radikal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar